Jumat, 09 Januari 2009

Tak Ada Jam Karet dalam “Lima Hari di Yogya”


Lima hari di Daerah Istimewa Yogyakarta, bagi lima pemuda Nglaran, adalah waktu yang begitu melelahkan. Sederet jadwal telah disiapkan oleh panitia acara yang dikenal galak oleh orang-orang dekatnya. Sejak tiba di Yogyakarta, lima pemuda itu harus menjalani “kewajiban” yang disodorkan oleh panitia.

Ada delapan agenda yang telah disiapkan, yaitu 1) silaturahmi dengan pemuda Kampung Bener, 2) orientasi Kampung Bener dan Kota Yogyakarta, 3) belajar tentang video komunitas, 4) belajar tentang organisasi karang taruna, 5) belajar tentang radio komunitas, 6) belajar tentang organisasi tani, kelompok lelang hasil pertanian, dan sistem pertanian tumpang sari, 7) belajar tentang produksi biogas, 8) belajar tentang pembuatan pupuk organik.

Dalam pelaksanaannya, terjadi penambahan kegiatan hingga total menjadi 10 kegiatan dalam lima hari tersebut. Dua kegiatan tambahan tersebut adalah belajar tentang sistem pertanian organik dan belajar tentang pembuatan istalasi biogas.

Hhh… Bukan hanya lima pemuda Nglaran itu saja yang merasakan betapa melelahkan selama lima hari di Yogya. Dua orang panitia yang mengurus segala keperluan mereka tak kalah capeknya.

Meski capek, bara semangat tujuh orang itu -lima pemuda dan dua orang panitia- justru semakin menyala. Bagi lima pemuda Nglaran, perjalanan ini menjadi tambahan “bahan bakar” bagi kerja mereka. Sementara bagi para panitia, kesuksesan menyelenggarakan acara tentu menjadi kebanggan tersendiri juga. Terlebih dari sekian banyak tempat yang harus dikunjungi, hanya di dua tempat saja mereka terlambat tiba.

Keterlambatan terlama, selama 15 menit, terjadi saat berkunjung ke Ngijo. Kunjungan ke radio komunitas juga mengalami keterlambatan sekitar 10 menit. Kedua keterlambatan terjadi karena kurangnya perhitungan panitia yang belum paham medan. Lima pemuda Nglaran sendiri, wuah! Ternyata jam karet tidak berlaku bagi mereka! Semua mereka kerjakan tepat seperti rencana panitia.[am]

FOTO: Ketika berpamitan Kepala Desa Cakul, Drs. Nurwito

0 komentar:

Posting Komentar