Senin, 19 Januari 2009

Keluarga Sapari: Hidup dari Seni [4]


Bakat yang Menurun ke Anak

Buah jatuh tak bakal jauh daripohonnya. Demikianlah bunyi pepatahnya. Dan itulah yang terjadi pada keluarga Sapari. Untuk diketahui, kakek Sapari adalah seorang dhalang wayang kulit juga. Nah, sekarang, darah seni itu pun mengalir pada anak tunggal Sapari-Suparti, yaitu Harwanto.


’’Ketika saya masih kelas lima SD saya sudah diajak ayah untuk tanggapan. Ketika itu saya mengantikan ayah untuk memegang kendhang, dan kebetulan waranggana-nya ibu saya sendiri,’’ tutur Harwanto.

’’Sampai saat ini gamelan yang betul-betul saya kuasai adalah kendhang dan itu pun khusus kendhang tayub. Jadi, bila rombongan bapak mendapatkan tanggapan tayub, pengendhang-nya pasti saya, baik ibu saya ikut sebagai waranggana atau pun tidak,’’ lanjutnya.

Selain sebagai penabuh kendhang, ia masih juga mengawasi Sound sytemnya, biarpun sudah ada karyawan yang menjaganya. Karena enak tidaknya gamelan yang dimainkan sangat dipengaruhi oleh setelan sound systemnya.

Saat ini Har, memiliki 2 setel perangkat sound system yang dirakitannya sendiri. Kualitas suara yang dihasilkan cukup bagus. Itulah modal dasar untuk menghadapi persaingan yang makin ketat.

Untuk menunjang kegemarannya utak-atik perangkat sound system itu, Harwanto pun membuka toko elektronik yang menyediakan juga peralatan sound system.

’’Sejak Tahun 2000 sehabis saya menikah saya langsung buka Toko awalnya hanya sebatas menjual barang-barang kebutuhan poko saja namun setelah saya pikir mengapa saya tidak jualan peralatan elektronik juga”, tuturnya.

Hasil dari tokonya selama ini diurusi penuh oleh istrinya. Hal itu dimaksudkan sebagai upaya berjaga-jaga, bila pendapatan dari job tanggapan-nya sepi maka ia masih memiliki sumber pendapatan lain.

Istrinya sendiri juga sudah menyadari bila pekerjaan suaminya yang jelas banyak godaan. ’’Dari keluarga atau istri tidak masalah, karena sejak awal memang telah saya beri pengertian bahwa pekerjaan saya ini memang rawan godaan dan terkadang bila ada tanggapan terus-menerus pernah beberapa hari saya tidak pulang. Godaan untuk minuman (minuman keras, Red) dan perempuan, tinggal kita saja, kuat imannya atau tidak,’’ tutur Har.

Berkenaan dengan usaha ayahnya, Har bilang, ’’Bapak itu kadang telat mengikuti perkembangan, sehingga sering saya yang menangani. Contohnya, apa saat ini jumlah meja kursi sudah memadai, bapak sering tidak mengerti. Karena kebanyakan yang di lapangan saya, dan lagian bapak saya itu ada tanggapan atau tidak ia tetap menekuni pertaniannya, kalau sudah gitu ia sering lalai pada usaha yang telah lama dirintisnya,’’ tutur Harwanto.

Krtika Peduli bertanya berapa sesungguhnya angka rata-rata penghasilan mereka per bulan dari berbagai jenis usaha yang berkaitan dengan keperluan orang hajatan itu, Sapari dan sang anak seperti sudah sepakat hanya menjawabnya dengan senyuman. [pur]

0 komentar:

Posting Komentar