Senin, 19 Januari 2009

Keluarga Sapari: Hidup dari Seni [2]


Suparti (Istri Sapari): Bertahan dengan Suara

Sebelum menikah dengan Sapari sebenarnya Suparti (42) sudah menjadi waranggana/pesinden. Ia belajar di Desa Ngrandu, Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek yang memang ada semacam sanggar yang telah banyak menghasilkan waranggana.


Sebetulnya bila dilihat dari perawakannya ia tergolong kecil. Namun kelebihan utama yang dimiliki adalah suara atau vokal yang cukup bagus. Memang modal utama seorang waranggana adalah suara yang bagus.

’’Untuk menjadi waranggana, pertama mesti punya niat dan senang, kemudian memiliki bakat suara yang cukup bagus, baru kemudian rupa. Sebenarnya, kalau soal wajah, itu bukan syarat utama,’’ tutur Suparti

’’Kalau dihitung saya menjadi waranggana sudah 34 tahun mulai tanggapan sejak tahun 1974 dan sampai sekarang tetap saya jalani. Bahkan, saat ini semakin ramai, modal saya apa … ya suara itu tadi. Memang, kalau masalah rupa dan umur jelas kalah dengan yang masih muda, wong umur saya sudah 42 tahun, namun kalau dari segi suara alhamdulillah saya masih bisa bertahan sampai sekarang,’’ lanjutnya.

Sampai saat ini selain masih menerima job-job tayupan dan mengiringi suaminya bila tanggapan wayang kulit, Suparti juga sedikit-sedikit menularkan ilmunya pada generasi muda yang berminat dalam seni suara kususnya waranggana.

Menurut penuturan nya sudah ada 7 orang, anak didiknya yang sudah jadi dan sudah menerima job tanggapan. Anak didiknya itu 4 orang masih dalam satu wilayah, 2 orang dari lain kecamatan sedangkan yang dari kabupaten lain yaitu dari Ponorogo 1 orang.

Bila ada anak didiknya yang belajar ia memberi waktu 2 kali dalam seminggu sampai jadi atau siap dilepas untuk manggung sendiri, tak jarang pula anak didiknya yang masih tarap belajar ia bawa serta bila dirinya sedang tanggapan. [pur]

0 komentar:

Posting Komentar