Senin, 29 Desember 2008

Pasangan Kasmin-Pairah: 36 Tahun Membuat Tempe Debog

Kasmin [44] beserta istrinya, Pairah [48], menekuni usaha pembuatan tempe debog [tempe berbahan dasar kedelai yang dikemas dengan batang pisang [debog]. Mengaku tak punya ketrampilan lain, Pairah menjalani bisnis pembuatan tempe debog ini secara turun temurun, walau penghasilannya tergolong sangat kecil. Pairah mengaku menekuni usaha pembuatan tempe [awalnya membantu orangtua] mulai umur 12 tahun.

’’Saya sejak umur 12 tahun telah berjualan tempe. Tapi, saat itu tempe gabus [berbahan biji lamtara]. Jadi, sampai sekarang pekerjaan membuat tempe ini sudah mendarah-daging,’’ tutur perempuan warga Desa Cakul, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek [Jawa Timur] ini.

Sebetulnya proses pembuatan tempe debog tidak berbeda dengan tempe-tempe lainnya. Awalnya kedelai dibersihkan, lalu direbus sampai setengah matang [3 – 4 jam]. Setelah itu diangkat dan didinginkan. Selanjutnya di diiles [diinjak-injak] sambil disiram air untuk memisahkan biji kedelai dari kulitnya. Selanjutnya disaring dan dibilas sampai bersih, dan ditiriskan kemudian direbus lagi selama sekitar 1 jam.

Lalu kembali ditiriskan sampai dingin, untuk kemudian diberi ragi. Proses selanjutnya adalah pembuatan pembungkus dari batang pisang. Batang pisang itu sendiri dipilih dari jenis pisang kawak, kluthuk, raja, yang irisan batangnya tipis dan tidak terlalu berair. Batang tersebut dikelupas dan dipotong-potong dengan ukuran 50 cm, lebar 12 cm, kemudian dilipat jadi 2. Hingga ukurannya 25 cm. Selanjutnya diberi tali tutus [dari bambu]. Dari hasil lipatan tersebut akan terbentuk rongga tempat kedelai yang sudah diberi ragi. Tutup lobangnya juga dibuat dari debog yang dibentuk bulat-bulat sesuai ukuran mulut rongganya. Setelah jadi, kedelai yang sudah diberi ragi dimasukkan, dan mulut ronga dititip rapat.

Setelah semua selesai, hasilnya ditumpuk dan dibungkus dengan plastik untuk membantu proses peragian selama semalam. Pagi harinya tempe sudah jadi, dan siap dijual ke pasar.

Penjualan

Dalam 5 hari, Kasmin dan istrinya setiap 2 kali memroduksi tempe debog. Setiap produksi rata-rata menghabiskan 35 kg kedelai, diolah jadi 400 debog tempe. Pemasarannya cukup dilakukan di pasar desa saja dan dilakukan sendiri oleh Kasmin dan istrinya. Harga jual per debog-nya Rp 500. Perolehan dari hasil penjualan 400 biji x Rp 500 = Rp 200.000. Bila dipotong bahan baku kedelai yang saat ini Rp 4.200/kg dan ragi Rp 5.000, maka pendapatannya = Rp 48.000. Itu belum dikurangi ongkos [tenaga] dan kayu bakar. Penghasilan yang tergolong sangat kecil.

’’Sebetulnya kalau dihitung-hitung, hasilnya sangat minim. Namun, apalagi ketrampilan yang saya miliki selain ini?’’ kata Pairah.

Untuk menunjang penghasilannya Kasmin berusaha bercocok tanam dan memelihara beberapa ekor kambing. Itulah sumber penghasilan lain yang sewaktu-waktu ada keperluan mendadak bisa diandalkan.

Kendala utama yang dialami selama ini adalah modal. Pasalnya, selama memroduksi tempe bahan baku dipasok oleh pedagang kedelai dan pembayarannya setiap habis berjualan. Jadi Kasmin hanya memperoleh sisanya saja. Belum lagi bila musim ikan laut, maka penjualannya seret. Dan kadang tidak habis. Smentara setoran tetap sesuai dengan kedelai yang diproses. [PUR]

0 komentar:

Posting Komentar