Senin, 07 September 2009

Kadiyem: 42 Tahun Menjaga Warung Nasi (3)

Beli Tanah

Sebenarnya selain membantu istrinya jualan di warung nasinya kegiatan lain yang dilakukan oleh Sumardi ini adalah petani. Saat ini lahan pertaniannya cukup luas,dan menurut penuturannya semua itu awalnya dia beli dari hasil usaha warungnya. ’’Ya saya akui memang apa yang saya miliki sekeluarga awalnya dari hasil yang saya sisihkan sedikit demi sedikit. Kalau ingat kadang saya tertawa sendiri tapi kadang trenyuh juga. Ceritanya setiap hari pasaran saya sisihkan selembar uang kertas entah nilainya berapa saya lupa. Tapi yang jelas saya linting sampai kecil dan saya masukkan dalam stagen yang telah saya jarum seperti dompet, jadi seperti itu cara nabung saya yang paling aman, karena tidak pernah lepas dari badan kecuali saat mandi,’’ tutur Kadiyem sambil tertawa.


Masih menurut penuturannya saat ada orang yang menjual sebidang tanah yang telah ada tanaman cengkehnya maka Kadiyem bersama suaminya membuka tabungan yang tak pernah lepas dari tubuhnya tersebut dan ternyata tabungannya masih kurang untuk membayar harga tanah tersebut. Maka mau tak mau Kadiyem terpaksa menjual satu-satunya cincin miliknya.

Kemudian dari hasil ladang tersebut ditambah dengan hasil warung nasinya setiap ada orang yang menawari tanah selama harganya masih terjangkau Sumardi maka ia membelinya sampai saat ini telah 7 bidang tanah yang telah dibelinya.

Saat ini setelah ketiga anaknya telah berkeluarga semua dan telah memiliki usaha sendiri-sendiri, ia hanya berdua dengan istrinya masih setia mengelola rumah sekaligus warung nasi ramesnya.

Hanya saja berhubung tenaganya tidak seperti waktu masih muda ia tidak lagi menggunakan daging kambing sebagai lauk nasi ramesnya, namun beralih dengan daging ayam.

’’Memang, sejak 1990 saya tidak menyembelih kambing lagi mengingat tenaga mulai berkurang maka lebih praktis menggunakan daging ayam. Dan alhamdulillah pembeli tidak ada penyusutan bahkan sampai saat ini tetap lumayan,’’ tutur Sumardi.

Saat ditanya siapa nanti yangb meneruskan usahanya Kadiyem menjelaskan bahwa kemungkinan tidak ada karena anak perempuannya kelihatannya tidak berminat.

’’Entah nanti lha wong Sufat anak perempuan saya, kelihatannya enggan karena melihat bagaimana repotnya saya ketika mempersiapkan dagangan dari mulai awal memasak sampai menyajikan pada pembeli,’’ tutur kadiyem. ’’Tapi nggak tahu lagi setelah saya tak lagi kuat untuk mengelola warung ia tergerak untuk meneruskan,’’ tambahnya.

Telaten

Ketika ditanya apa kiatnya sehingga ia tetap setia pada usahanya dan mampu bertahan sampai saat ini justru semakin ramai.

’’Apa kiatnya tidak ada, tapi yang penting kita telaten dan tahan godaan, tidak gampang menyerah. Usaha seperti ini harus tahan banting. Ibunya itu (istrinya- Red) orangnya tak pernah mengeluh, memang kelihatanya kalau sudah diniati apa pun resikonya harus tabah menghadapi,’’ tutur Sumardi.

’’Jualan makanan itu banyak resikonya kalau pas ramai dagangan habis yang jangan terlalu senang tapi kalau tidak laku ya jangan lekas patah arang, Lha wong rezeki sudah ada yang ngatur,’’ tambah Kadiyem menimpali suaminya.

’’Tapi, yang pasti karena yang kita jual adalah makanan yang jelas harus bersih, baik makanannya maupun tempatnya. Cara melayani pembeli harus supel, setiap pembeli harus kita layani dengan ramah, harga yang kita buat jangan mahal-mahal yang penting kita masih ada sedikit untung. Dan yang tidak kalah penting adalah jangan sekali-kali membedakan pembeli baik pegawai, orang kaya maupung, orang miskin harus kita layani dengan sama,’’ pungkas kadiyem. Perempuan itu beranjak melayani pembeli yang baru datang.

Sementara Sumardi setelah membantu istrinya segera menghampiri dan asyik merawat burung perkutut peliharaannya.[pur

0 komentar:

Posting Komentar