Jumat, 21 Oktober 2011

Momentum untuk Seni Tradidional [4]

Potensi

Kita masih beruntung, di tengah-tengah masyarakat masih ada individu-individu maupun kelompok-kelompok seniman yang sangat militan, dan dengan segenap kemampuan mereka menjaga tradisi warisan leluhur. Mereka tidak berpikir apakah kesenian bisa menghidupi mereka atau tidak, karena mereka memang tidak mencari nafkah dari kesenimanannya. Laku kesenian bagi orang-orang seperti ini, adalah seperti olahraga yang baik bagi kesehatan, yang melengkapi hidup mereka. Dan lebih dari itu, merupakan salah satu jalan untuk menjadi orang yang bahagia di dalam hidupnya
Di kampung saya yang jauh dari ibukota kabupaten (Trenggalek) itu misalnya, ada kelompok-kelompok kesenian trebangan yang hanya mendapatkan honor tak sampai sejuta rupiah (dibagi belasan orang) untuk tampil semalam suntuk. Tetapi, mereka dengan suka-cita hangrungkebi keseniannya. Sehari-harinya, mereka bekerja sebagai petani. Begitu dari dulu. Hingga sekarang.

Pemerintah kota Surakarta juga telah menempuh cara yang baik untuk menjaga keberadaan Wayang Orang Sriwedari. Para pemain wayang orang tersebut direkrut sebagai pegawai negri. Dan karena menjadi pegawai negri adalah cita-cita banyak orang di masyarakat, lalu tumbuh kesadaran di masyarakat bahwa jika memiliki bakat dan ketrampilan bermain wayang (orang) masa depannya bukan hanya jadi ’pengamen’ melainkan boleh pula berangan-angan menjadi pegawai negri.

Di Surabaya ada kebijakan serupa terhadap pemain ludruk, tetapi tampaknya tidak konsisten seperti di Surakarta. Bahkan, Dinas Pariwisata Kota Surabaya pun tidak memiliki agenda Pementasan Ludruk kecuali, barangkali, hanya sekali atau beberapa kali dalam setahun. Sedangkan Wayang Orang Sriwedari di Surakarta (Taman Sriwedari) pentas hampir tiap malam. [bersambung]

0 komentar:

Posting Komentar