Jumat, 21 Oktober 2011

Momentum untuk Seni Tradidional [2]

Titik Balik Kesadaran

Kabar gembiranya adalah, sekarang ini menguat tanda-tanda kesadaran untuk semakin menghargai hal-hal yang bersifat tradisional. Di bidang pertanian, semakin tumbuh kesadaran bahwa pertanian organik adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup yang baik. Mengbonsumsi beras organik, misalnya, adalah lebih sehat dibandingkan dengan mengonsumsi beras nonorganik. Dengan kesadaran sedemikian, pasar pun terbangun, sehingga hasil panen pertanian organik dihargai jauh lebih mahal dibandingkan dengan yang nonorganik.
Lihatlah pula di kota-kota besar bermunculan rumah-rumah makan dengan bangunan dan setting tradisional, dengan menu-menu tradisional. Bahkan, kita bisa menyaksikan yang terang-terangan memakai nama ’’Dapur Desa’’. Itu nama yang langsung berasosiasi dengan tradisionalisme. Walau masih pada taraf ’’kembali tumbuh’’ itu sudah merupakan kabar baik.

Komuitas-komunitas ’pembela tradisionalisme’ pun tumbuh di mana-mana, dari yang bernama Paguyuban Macapatan hingga ’’Kelompok Studi’’. Dari yang berupa organisasi tanpa bentuk hingga yang mengukuhkan diri sebagai lembaga resmi (nonpemerintah). Dari yang berbasis pertemuan langsung di kampung-kampung hingga yang berbasis jejaring sosial di ’’dunia maya’’. Sayangnya, sebagian besar di antaranya tampak sebagai hanya bertahan, sekadar mengabarkan keberadaan dan bertekad ’’nguri-uri’’ kebudayaan tradisional, dan belum sampai pada tahap ’melawan’ apa yang di sini kita sebut sebagai gempuran Globalisasi itu. Mereka adalah potensi yang sangat bagus sebagai semacam barisan ’’Pertahanan Rakyat Semesta’’ untuk membela kebudayaan tradisional kita.

Sayangnya, lebih banyak di antara komunitas-komunitas itu adalah komunitas-komunitas ’’klangenan.’’ Ibarat orang memelihara burung, tidak tampak upaya sungguh-sungguh untuk membudidayakan, menangkarkan, melainkan cukup puas hanya dengan mendengar kicauan (seekor) burung kesayangan di sangkar yang sempit itu. Padahal, Globalisasi menggilas kita dengan hasil produksi. Seharusnya kita melawannya juga dengan ’berproduksi.’ [bersambung]

0 komentar:

Posting Komentar