Rabu, 11 Agustus 2010

Warni: Semangat Pantang Menyerah!

Di kota-kota di Indonesia, banyak kita jumpai orang yang seharusnya masih bisa melakukan banyak hal justru memilih mengantungkan belas-kasihan orang lain dengan meminta-minta. Pemandangan demikian akan sangat kontras dengan sosok Warni, seorang warga kampung yang benar-benar pantang menyerah! Adalah Warni(45) warga RT 29/15 Dusun Nglaran, Desa Cakul, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Sejak kecil ia sudah mengalami kebutaan total. Namun, Warni kecil kala itu tidak merasa minder untuk bermain dengan teman-teman sebayanya, biarpun ia merupakan satu-satu anak yang tidak dapat melihat.

Teman temannya pun tidak ada yang pernah mengejek atau mengucilkannya. Bahkan warni ketika masih anak-anak setiap malam cukup rajin pergi belajar ngaji ke Masjid yang jarak dari rumahnya sekitar 1kilometer.

Biarpun cacat warni memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh teman-temannya yaitu daya ingatnya yang tergolong tajam, sehingga dalam hal mengaji ia lebih dulu hafal dan lancar dibanding teman-temannya.

Kelebihan lain yang dimiliki warni adalah semangatnya yang melebihi orang kebanyakan. Ini tidak pernah surut mulai dari kecil sampai sekarang. Seperti halnya laki-laki lainnya Warni pun punya angan-angan untuk bisa hidup berumah tangga.

Adapun wanita yang menjadi pilihan dan bisa menerima segala kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri warni adalah Menik, janda beranak satu dan masih terhitung tetangga sendiri yang dinikahi 32 tahun yang lalu. Dari pernikahannya itu mereka mendapatkan dua orang anak yang semua telah berumah tangga sendiri.

Setelah menikah Warni sebagai keluarga petani, dan sebagai kepala keluarga mau tidak mau ia juga harus terjun untuik bercocok tanam untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Ternyata kelebihan yang dimiliki, biarpun tidak dapat melihat tetapi kegiatan apa saja yang dilakukan orang normal ia bisa melakukannya. Mulai menggarap lahan pertaniaan sampai penanaman dan pemanenan ia bisa melakukan sendiri, dan hasilnya tidak kalah dengan orang-orang yang bisa melihat dengan normal.

Bila di lingkungan ada kegiatan iapun tidak pernah ketinggalan turut serta, bahkan ia termasuk penabuh gamelan yang cukup trampil. Banyak gending Jawa dikuasainya dengan hanya mengandalkan daya ingatnya yang cukup tajam.

Ketrampilan lain yang dimiliki adalah sebagai tukang pijat, pelanggannya biasanya masih dalam lingkup satu desa saja. Sebenarnya warni pernah mendapatkan pelatihan sebagai tukang pijat yang dilakukan oleh dinas sosial, bahkan selesai pelatihan ia mendapatkan sebuah dipan dari dinas sosial tersebut.

Hal lain yang dilakukan warni untuk menyambung ekonomi keluarganya. Bahkan, sampai ia bisa menyekolahkan kedua anaknya sampai tamat SMA, adalah dengan jualan rokok dan jajanan bila ada orang yang mempunyai hajatan, sementara itu istrinya melakukan kegiatan sebagai buruh tani.

Saat ini warni dirumah hanya tinggal bersama istri dan anak tirinya yang juga memiliki penyakit epilefsi, sementara kedua anaknya sudah berumah tangga sendiri, yang satu di Jakarta sebagai pekerja pabrik yang perempuan mengikuti suaminya bekerja sebagai nelayan.

Istri Sakit-sakitan

Sementara itu istrinya saat ini sakit-sakitan dan sudah tidak bisa bekerja lagi, makanya tinggal warni sendiri yang berusaha banting tulang untuk makan sehari-hari. Tapi hal tersebut tidak menjadikan semangat hidupnya surut.

’’Orang hidup macam saya ini apalagi yang meu dikejar? Yang penting tiap hari bisa makan, itu sudah Alhamdulillah. Anak-anak juga sudah mentas semua. Kalau sekarang istriku lagi tak kuat bekerja, ya biar semampu saya bekerja. Dapat hasil sedikit disyukuri, banyak ya semakin alhamdulillah,’’ tutur Warni dalam bahasa Jawa, diiringi tawanya yang lepas.

’’Satu hal lagi, jangan sampai terlalu merepotkan tetangga. Maka, sedapat mungkin seperti bikin meja, kursi, walaupun asal jadi ya semua kukerjakan sendiri. Juga radio sebagai sarana hiburanku ini, dulu ini pemberian orang. Aku terima dalam keadaan rusak. Ya, saya utak-atik ternyata bisa bunyi. Walau harus menanggung risiko, hidungku kena soder yang sedang membara. Waktu menyoder itu, aku kan menandai apakah soder sudah cukup panas atau belum kan dengan mengetahui baunya,’’ kenangnya.

Saat ini Warni baru giat-giatnya mempersiapkan lahan pertaniannya yang sebetulnya tidak begitu luas untuk persiapan musim tanam yang akan datang karena saat ini hanya itulah satu-satunya sumber ekonominya.

Menurut penuturannya biasanya yang ditanam pada lahannya ada beberapa jenis yaitu yang pokok ketela, kemudian ada jagung, kacang dan sayur. Selain sudah ada beberapa batang pohon cengkeh dan kopi yang dijadikan penghasilan tahunannya.[pur]


0 komentar:

Posting Komentar