Senin, 16 April 2012

Minyak Kelapa, Pasarnya selalu Terbuka

Kira-kira setahun yang lalu saya mengunjungi sebuah desa yang jauh, Desa Cakul, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek. Waktu itu ada acara Pembubaran Festival Sastra yang juga dihadiri beberapa orang pekerja  migran yang hebat-hebat di bidang kesusasteraan. Saya berdua dengan teman saya bersepeda motor dari Blitar, karena memang saya niatkan: ”sambil menyelam minum air”—menghadiri undangan sekaligus ’belajar’ memahami potensi bisnis di sekitar kita.

Sebelum sampai di Cakul saya sempat mampir di pasar pengepul kelapa, kalau tidak salah namanya Pasar Dongko. Saya sempatkan bertanya berapa harga dan sampai kapasitas kemampuan supply kelapa segar. Harga di tingkat pengepul antara Rp 1.250 – Rp 1.500 per butir kelapa. Harga tersebut dalam kondisi masih dengan bathok kelapanya.

Menurut analisis usaha saya, kelapa tersebut harganya masih cukup murah sebagai bahan baku minyak kelapa segar. Satu kilogram minyak kira-kira membutuhkan 6 - 8 butir kelapa segar. Kita juga masih bisa mendapatkan batok (tempurung) kelapa yang masih bisa dijual dengan nilai ekonomis tinggi.

Minyak kelapa segar, harga per kilogram sekitar Rp 16 – Rp 25 ribu/kg, sedangkan biaya produksi dan bahan bakunya sekitar Rp 9 – Rp 12 ribu --sudah termasuk dengan biaya produksi. Belum kalau dibikin minyak VCO, meski pasarnya tidak sehebat dulu. Namun, minyak VCO tetap laku dan berharga mahal. Bikinnya pun gampang.

Meski mahal, perusahaan tetap lebih memilih menggunkan minyak kelapa daripada minyak kelapa sawit. Sebabnya, minyak kelapa bisa digunakan untuk penggorengan berkali-kali sampai habis minyaknya, sedangkan minyak kelapa sawit hanya bisa digunakan 2 - 3 kali penggorengan. Pakai minyak kelapa, masakan juga menjadi lebih gurih.

Alatnya juga sederhana: mesin parut, press santan, dan evaporator untuk memisahkan kandungan air dari minyak kelapa. Kalau kita kemas dengan plastik refiil, mesin press plastic seharga Rp 5.000.000,- dan harga kemasan plastiknya sekitar Rp 500 rupiah per lembarnya sudah lengkap dengan cetakannya, seperti kemasan minyak pabrikan yang ada di pasaran.

Saya jamin, konsumen kalau melihat kemasan dan kualitas minyak akan menyangka ini merupakan produksi pabrik skala besar. Padahal, dibikin oleh home industry milik Anda yang berasal dari daerah penghasil kelapa: Trenggalek, Ponorogo , Pacitan, Jember, dll.

Selain dapat untung dari proses minyak, kita masih mendapatkan sepet (sabut) dan batok (tempurung) kelapa. Sabut kita gunakan untuk bahan baku kasur, sedangkan batok kelapa bisa kita manfaatkan untuk ”liquid smoke” yang banyak fungsinya. Nelayan Prigi membutuhkan ini, sebagai pengawet ikan pengganti formalin. Lebih detailnya, datanglah ke perpustakaan atau toko buku untuk mendapatkan sumber informasi akurat mengenai minyak kelapa dan liquid smoke.

Sedangkan airnya (air kelapa) dapat diproses menjadi nata de coco atau bikin kecap. [abdul aziz]*


0 komentar:

Posting Komentar