Senin, 11 Mei 2009

Festival Sastra Jawa dan Desa: Trenggalek, 17 – 18 Juni 2009


[I] DASAR PEMIKIRAN

Sastra Jawa adalah warga sastra Indonesia dan juga sastra dunia, yang layak diberi ruang hidup, tumbuh dan berkembang sesuai keinginan masyarakat pendukungnya.

Jawa Timur memiliki tokoh-tokoh yang disegani di jagad sastra Jawa. Di Surabaya ada Dr. Suripan Sadi Hutomo [alm.], Suparto Brata, Satim Kadaryono, Drs. Moechtar, Suharmono Kasiyun, Widodo Basuki, di Tulungagung ada Tamsir AS (alm.), Tiwiek SA, di Bojonegoro ada Djayus Pete, JFX Hoery, di Banyuwangi ada Esmiet [alm.], di Mojokerto ada ST Iesmaniasita [alm.] sekedar menyebut mereka yang pernah mendapatkan Hadiah Rancage.

Selain itu Jawa Timur juga memiliki Jaya Baya dan Panjebar Semangat. Dua buah majalah berbahasa Jawa dengan kesejarahan panjang yang hingga saat ini masih memiliki pembaca setia, yang sebagian besar adalah masyarakat desa. Hal itu menunjukkan bahwa sebagian besar pendukung sastra Jawa modern adalah masyarakat daerah pinggiran maupun pedesaan. Sayangnya kenyataan tersebut tidak serta-merta memunculkan keberpihakan para sastrawan terhadap masyarakat desa dengan segala persoalannya.


Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2005, desa adalah suatu kesatuan masyarakat undang-undang yang memiliki batas-batas wilayah yang berupaya untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Mengacu pada batasan tersebut, desa dapat diartikan sebagai sebuah wilayah dengan segela keunikannya yang dilindungi oleh negara. Namun dalam berbagai wacana, ternyata terminologi desa lebih sering dikaitkan dengan persoalan kemiskinan, kebodohan, serta ketertinggalan-ketertinggalan lainnya.

Memang dalam kenyataannya, desa identik dengan segala ketertinggalan. Terlebih dalam hal pertumbuhan ekonomi yang merupakan titik berat Program Pembangunan Nasional di negri ini. Pembangunan serta investasi yang lebih banyak terfokus di kota menjadikan kondisi desa tidak berubah dari masa ke masa.

Desa hanya difungsikan sebagai wilayah penghisapan pusat pembangunan di kota-kota. Bukan hanya kota-kota di wilayah terdekatnya, melainkan juga di tingkat nasional, maupun internasional. Bahkan kota-kota di negara berkembang dapat dikatakan sebagai perantara sumber daya ke negara maju saja.

Meski telah terjadi pergantian pemimpin berkali-kali, secara umum kondisi desa-desa di wilayah Indonesia tidak banyak mengalami perbaikan. Paradigma pembangunan menjadikan sumber daya terpusat di sektor dan kawasan yang potensial menyumbang pertumbuhan ekonomi. Hal ini menyebabkan perpindahan sumber daya secara besar-besaran ke pusat-pusat pertumbuhan. Akibatnya terjadi penurunan kualitas lingkungan serta kelangkaan individu potensial di pedesaan.

Trenggalek, sebuah kabupaten yang sebagian besar wilayahnya merupakan pedesaan mengalami permasalahan yang sama. Selain sumber daya alam yang terus mengalir ke kota-kota lain, potensi warga kabupaten ini juga lebih banyak memberikan sumbangan pada kota-kota di sekitarnya, termasuk kota provinsi.

Demikian juga dengan potensi sastrawannya. Nama-nama seperti: Widodo Basuki (Munjungan/Redaktur Jaya Baya), St Sri Purnanto (Panggul), Jarot Setiyono, Nanang Windradi (Trenggalek), Edy Santosa (Durenan), Sita T Sita (Pogalan), dipandang cukup mewarnai perkembangan dunia sastra Jawa modern. Mereka adalah sastrawan Jawa asal Trenggalek, namun selama ini kurang berkontribusi secara optimal terhadap daerah asal mereka.

Oleh karenanya perlu dipertegas peran apa yang harus dilakukan oleh para pengarang/sastrawan Jawa dalam rangka berpartisipasi pada pembangunan masyarakat pedesaan, terlebih di Era Global seperti sekarang.

Festival Sastra Jawa yang rencananya digelar di Desa Cakul, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trengalek, Jawa Timur, diharapkan dapat menjawab persoalan di atas sehingga mampu menumbuhkan kembali kebanggaan masyarakat akan desanya. Dengan demikian, sastra tidak lagi menjadi karya yang berjarak dengan pendukungnya, karena mampu menyuarakan persoalan masyarakat. Termasuk di antaranya masyarakat pedesaan.

Dalam rangka membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, Festival Sastra Jawa bisa dijadikan agenda tahunan, sebagai upaya untuk menuju forum ’’silaturahmi budaya’’ yang lebih besar (berskala nasional) yang kelak bisa dinamakan Festival Sastra Etnik Nusantara.

[II] NAMA KEGIATAN
Nama kegiatan yang direncanakan ini adalah Festival Sastra Jawa

[III] TEMA
Tema Festival Sastra Jawa 2009 adalah: Desa dan Sastra Jawa

[IV] WAKTU DAN TEMPAT
Waktu: 17 – 18 Juni 2009
Tempat: Desa Cakul, Kec. Dongko, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.

[V] TUJUAN
[1] Terbukanya ruang ekspresi alternatif bagi sastrawan Jawa.
[2] Tergalinya informasi melalui ’’dokumen kebudayaan’’ yang berupa karya-karya sastra [novel, cerpen, puisi] berbahasa Jawa.
[3] Terbangunnya kesadaran pengarang/sastrawan Jawa akan peran dan tanggung jawab sosial mereka terhadap masyarakat.
[5] Tumbuhnya generasi yang menghormati kebudayaan sendiri untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, bergaul secara damai, saling menghormati, sehingga menjadi generasi bangsa yang bisa dengan luwes bergaul dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
[6] Terbangunnya kebanggaan masyarakat akan desanya.
[7] Termotivasinya masyarakat untuk berkarya bagi dan di desanya.
[8] Terbukanya akses informasi warga desa ke sumber-sumber informasi terkait.

[VI] BENTUK KEGIATAN (jadwal terlampir)
[1] Sarasehan dan Sastra Jawa
[2] Sarasehan Desa
[3] Seminar Pembelajaran Bahasan dan Sastra Jawa untuk guru SD dan SMP
[4] Pentas Seni
[5] Pameran

[VII] PESERTA
[A] Sarasehan Sastra diikuti oleh sastrawan (Jawa), pemerhati, akademisi, semuanya berjumlah sekitar 100 orang.
[B] Sarasehan Desa diikuti oleh warga Desa Cakul dan perwakilan dari 10 desa di Kecamatan Dongko, seluruhnya berjumlah sekitar 100 orang.
[C] Seminar Nasional untuk Guru (SD-SMP) Bahasa Jawa sekitar 500 orang

[VIII] NARASUMBER
A Sarasehan Sastra
[1] Arswendo Atmowiloto [Budayawan]*
[2] Drs. Amir Machmud, M.Hum [Kepala Balai Bahasa Jawa Timur]
[3] Sri Widati Pradopo, M Hum [Balai Bahasa Yogyakarta]
[4] Sucipto Hadi Purnomo, M.Hum [Dosen Uness]
[5] Siti Aminah [Pengarang, Pekerja Komunitas]
[6] Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan [Guru Besar Unesa]*
[7] D Zawawi Imron [Budayawan]
B Sarasehan Desa
[8] Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Trenggalek*
[9] Purwanto [Kelompok Tani Bangunrejo Godean, Sleman]
[10] Tugiman [Penggerak Kampung Seni, Piyungan, Bantul]
[11] Qobul, S.H. [Kelompok Lelang Hasil Pertanian, Galur, Kulonprogo]
C. Seminar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa
[12] Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Trenggalek*
[13] Drs. Agus Yuwono, M.Si., M.Pd. (Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang )
[14] Drs Sugeng Wiyadi (Dosen Jurusan Bahasa Jawa Unesa)
[15] Sugeng Adipitoyo, M.Hum (Dosen Jurusan Bahasa Jawa Unesa)
*) dalam konfirmasi

[IX] PENYELENGGARA
Penyelenggara kegiatan ini adalah Organisasi Pengarang Sastra Jawa, Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya [PPSJS], dan Sanggar Triwida, bekerja sama dengan SD/SMP Satu Atap dan Karang Taruna Desa Cakul, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek.

[X] PANITIA
Pelindung: [1] Gubernur Jawa Timur, [2] Bupati Trenggalek
Penasihat: [1] Kepala Dinas Pendidikan Kab. Trenggalek, [2] Drs. Agus Yuwono, M.Si., M.Pd. (Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang ), [3] Arswendo Atmowiloto, [3] Suparto Brata, [4] RM Yunani Prawiranagara, [5] Drs.Sunarko Budiman, M.Pd. (Ketua Sanggar Triwida), [6] Sucipto Hadi Purnomo, M Hum (Ketua Oraganisasi Pengarang Sastra Jawa)
Ketua: Bonari Nabonenar (Sekretaris OPSJ)
Sekretaris: Sarwan, SPd (Kepala SD/SMPN Satu Atap Desa Cakul, Kec. Dongko, Trengalek)
Penggalian Dana: Kicuk Parta (Pemimpin Redaksi Jaya Baya), R Djoko Prakosa M.Hum. (STKW Surabaya),
Humas: Leres Budi Santosa (Eksekutif Produser JTV)
Sarasehan: We Haryanto (Balai Bahasa Jawa Timur), Edi Santosa, SPd
Panggung: Sumono Sandiasmoro, SPd
Pentas: Aming Amonoedhin (Balai Bahasa Jawa Timur), R. Giryadi (Surabaya Post)


[XI] ALAMAT PANITIA
[1] Dusun Nglaran Desa Cakul, Kec. Dongko, Kab. Trenggalek, Jawa Timur
[2] Kontak Person: +62818374138 [Bonari]
[3] email: sastrajawa@yahoo.com
[4] blog: www.nglarankita.blogspot.com




[XII] MEDIA PENDUKUNG
Panitia berharap mendapatkan dukungan publikasi dan/atau sponsor dari media cetak maupun elektronik, antara lain: Jaya Baya, Panjebar Semangat, Kantor Berita Antara Biro Jatim, Jawa Pos, Radar Tulungagung, SoloPos, Suara Merdeka, Tabloid Intermezo (Hong Kong), dan Radar Taiwan (Taiwan).

[XIII] PENDANAAN (rincian terlampir)
[1] Kebutuhan: Rp 57.582.500 (lima puluh tujuh juta lima ratus delapan puluh dua ribu lima ratus rupiah)
[2] Rencana Pemasukan dari kas OPSJ, kontribusi warga desa, kontribusi peserta seminar dan sarasehan, kontribusi peserta pameran: Rp 36.750.000 (tiga puluh enam juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah)
[3] Kekurangan sebesar Rp 20.832.500 (dua puluh juta delapan ratus tiga puluh dua ribu lima ratus rupiah) diharap tertutup oleh subsidi Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Instansi Terkait, dan donator perorangan.



Sekretaris Ketua


Sarwan, M.Pd Bonari Nabonenar

Ketua Organisasi Pengarang Sastra Jawa



Sucipto Hadi Purnomo, M.Hum.

0 komentar:

Posting Komentar