Minggu, 12 Februari 2012

MEMULIAKAN GUNUNG BOGANG?

"Trenggalek lambangnya Gunung. Orang Trenggalek semangat dan karakternya sekokoh gunung, mengakar ke tanah, tak roboh diterjang angin. Memberi pertumbuhan pada kehidupan"... (Prof. Gendut Suprayitno dalam Sambutan Aksi Sejuta Pohon di Gunung Orang-Arik tadi siang)

--Nurani Soyomukti: Grup "Dewan Kesenian Trenggalek"





--sumber air Gondang Rayut, di lereng Gunung Bogang

Karenanya gerakan "memuliakan gunung" seperti itu sangatalah bagus. Kapan ada DIALOG melibatkan aktivis gerakan (dalam bahasa orang kampung saya, "gerakan" = kerja bakti) semacam ini dengan LMDH dan Perhutani? --kampung halaman saya dikepung wilayah "Perhutqani" dulu memang hutan, tetapi sekarang lebih sekadar sebagai ladang yang dieksploitasi.

Tidak terbaca adanya konsep pemeliharaan hutan yang bagus. Menanami kawasan-kawasan tertentu dengan pohon yang "tidak dipanen" (misalnya durian -dipanen buahnya) seperti sudah dilakukan di Watulimo adalah sangat bagus.

Hingga tahun 80-an saya masih melihat hutan. Sekarang, sekali lagi, semua di sekitar kampung halaman saya (desa Cakul, kec. Dongko) menjadi ladang, bahkan puncak Gunung Bogang yang masih ada kaldera-nya itu pun menjadi ladang singkong. Di sini, Gunung tidak dimuliakan, tetapi dinistakan.

Andai kesempatan datangnya tokoh-tokoh sekaliber Prof Gendut Riyanto ini di Trenggalek sekaligus dimanfaatkan juga untuk berdialog dengan pihak-pihak seperti saya sebut tadi itu, niscaya pekerjaan yang sangat mulia (menanam pohon) seperti tadi pagi itu akan semakin mendapatkan maknanya. demikian, mohon maaf belum bisa nimbrung dalam aksi nyatanya, dan terima kasih. [BON]

0 komentar:

Posting Komentar