Kamis, 09 April 2009

KOPI DAN MARTABAT BANGSA

Saya penyuka kopi. Sejak zaman kakek-nenek buyut saya minum kopi terutama di pagi hari adalah "ritual" harian di dalam keluarga besar kami. Di bangku sekolah dasar saya kemudian tahu, bahwa kopi adalah salah satu produk pertanian yang merangsang bangsa penjajah untuk menjarah negeri ini. Terutama di negeri-negeri dingin, di Barat, kopi tidak bisa tumbuh/berkembang dengan baik.

Bangsa Indonesia, seharusnya lebih kenal, lebih tahu, lebih paham soal kopi. Daripada bangsa-bangsa lain yang bukan produsen kopi.

Belakangan ini, saya sering memergoki tayangan iklan di televise, untuk produk kopi, yang sangat menganggu perasaan saya. Inilah, menurut saya, iklan yang secara gamblang merendahkan martabat bangsa Indonesia. ’’Tuh, bule aja doyan!’’ kata perempuan dalam tayangan itu. Lhah! Kalau bule doyan, lalu kita tidak doyan, apakah ada salahnya?

Kalaulah ada pepatah bilang bahwa derajat seseorang bisa diketahui dari seleranya, saya bisa setuju untuk urusan lain selain makanan. Bukankah makanan yang sering dikonotasikan dengan kemewahan hidup, kegagahan, gengsi tinggi, kemudian ternyata adalah sumber penyakit yang potensial memperpendek umur atau setidaknya menggerogoti kualitas kehidupan itu sendiri?

Kembali ke soal kopi lagi, saya kira seharusnya justru para bule itu yang melihat kita, dan berseru, ’’Tuh lihat orang Jawa/Indonesia pun (yang mengenal kopi sejak di dalam kandungan) suka kopi jenis ini!’’

Maka, iklan yang mengganggu perasaan saya itu benar-benar menunjukkan mental inlander, dan sekaligus, sekali lagi, merendahkan martabat bangsa Indonesia. Bagaimana pendapat Anda?[Bonari Nabonenar]

0 komentar:

Posting Komentar