Minggu, 25 November 2012

Menangkap Peluang di Sekitar Kopi



Kita tahu bahwa kopi adalah komoditas dunia. Bahkan, boleh dikata, dahulu Belanda jauh-jauh datang ke Indonesia juga karena mencari rempah-rempah, dan juga kopi. Hingga kini pun Indonesia masih tercatat di peringkat ketiga pemasok kopi dunia setelah Brasil dan Vietnam. Seperti dilansir Okezone.com, dalam sebuah kesempatan di Nusa Dua, Bali, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Syarief Hasan mengatakan bahwa peluang (Indonesia, Red) untuk bisa menjadi produsen kopi nomor dua di dunia terbuka lebar (24/10/2012).

Prediksi Sang Menteri itu sangat beralasan jika kita melihat potensi yang ada, termasuk kemungkinan untuk terus menggenjot kapasitas produksi kopi luwak, yang merupakan jenis produk kopi termahal di antara berbagai ragam jenis/variasi kopi yang ada selama ini. Lahan kita sangat kondusif untuk intensifikasi maupun ekstensifikasi tanaman kopi. Luwak atau musang, kita juga punya semua jenis pemakan buah yang dapat dijadikan ibarat ”mesin giling” kopi segar. Bahkan, yang namanya binturung, jenis musang terbesar yang mampu menghasilkan kopi luwak (kotor) 10 kg per hari/malam, pun adalah binatang khas/endemik Indonesia (Sumatera).
--Musang Pandan di Pasar Burung Splendid, Malang, tak sampai Rp500 ribu/ekor

Itu semua mempertontonkan peluang yang mesti kita baca. Keluarga BMI yang berdomisili di pedesaan, jika mau, sangat berpeluang menjadi produsen kopi luwak. Mestinya pula, ini adalah peluang kombinasi antara bertani (kopi) dan beternak (luwak) yang sangat prospektif, sangat menjanjikan. Kopi luwak itu nyaris seperti emas, mata uangnya dolar, lho! Bahkan, sebuah cafĂ© di sebuh mall di kawasan Malioboro, Yogyakarta, dan sangat mungkin juga di beberapa tempat lain, memasang tulisan tarif khusus untuk secangkir kopi luwak dengan ’$’ dan bukannya ’Rp’ –padahal Malioboro, Yogyakarta, itu masih berada di wilayah Republik Indonesia.

Apakah Anda masih kurang yakin mengenai prospek bisnis ini? Jika Anda sudah mulai tertarik, tidak usah keluar modal terlalu besar (menurut keyakinan Anda itu). Ini bisa dimulai dengan memelihara seekor atau dua ekor musang, sambil menanam pisang dan memelihara lele atau ayam, karena telor/daging ayam dan lele termasuk makanan yang sangat disukai luwak selain buah-buahan. Dengan demikian, setelah keluar tidak terlalu banyak biaya untuk pembuatan kandang luwak, Anda tidak akan banyak keluar biaya untuk perawatannya (biaya pakan), terutama pada saat-saat di luar musim panen kopi. Ketika musim kopi tiba, jatah pakan pun secara bisnis akan sangat berkurang, karena setelah siang hari diberi pakan selingan berupa buah pisang, pepaya, dan sekali atau dua kali dalam sepekan diberi ayam atau lele rebus, pakan utama musang adalah buah kopi segar yang masak pohon, yang sekaligus adalah bahan mentah untuk menghasilkan kopi luwak: komoditas andalan Anda.

Nah, semoga sekarang tidak ada lagi pertanyaan di benak Anda, yang kira-kira berbunyi begini, ”Nanti kalau sudah pulang ke Indonesia terus, saya ini mau buka usaha apa, ya?” Semoga!*