Selasa, 21 Mei 2013



Sebagai orang Indonesia, sebaiknya mengingat, menghayati momentum 20 Mei yang biasa diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Apakah yang maksudkan dimaksudkan dengan Kebangkitan Nasional itu? Wikipedia Indonesia memberikan uraian sebagai berikut, ”Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.”

Semangkat kebangkitan sangatlah bagus ditransformasikan ke dalam konteks personal: diri kita masing-masing, kapan saja, di mana saja. Kesadaran demikian akan membantu menyuntikkan semangat dan tenaga baru sehingga peluang untuk meningkatkan produktivitas semakin terbuka. Ingatlah, betapa pentingnya suntikan semangat baru itu, sebab ketika orang menghadapi tugas/pekerjaan pasti membutuhkan dua hal: kemauan dan kemampuan. Suntikan semangat baru pasti pertama-tama menguatkan kemauan. Dan inilah, kemauan, yang jauh lebih penting ada terlebih dulu. Pikiran akan menggerakkan otot untuk bertindak. Kemampuan? Orang lemah bisa meminta bantuan. Pekerjaan yang terlalu berat dilakukan sendirian dapat dilakukan dengan bantuan orang lain. Tetapi, kalau kemauan sudah tak ada, habislah semua.

Metabolisme tubuh, dan demikian pula jiwa, tidak selalu berjalan normal. Seperti halnya kebugaran ada pasang-surutnya, kadang seseorang merasa kehilangan semangat tanpa sebab yang jelas. Ketika keadaan negatif itu disadari upaya dapat dilakukan untuk pemulihan dan bahkan menambahnya. Di sinilah kita lalu akan menyadari, betapa hidup ini akan menjadi penuh greget ketika motivasi, inspirasi, imajinasi, dan daya hidup bernama semangat bertemu dalam sebuah aliran menuju aksi: tindakan.

Demikianlah, mereka yang menyadari dan selalu membaca dirinya, sedang pada titik mana tingkat kebugaran jiwa dan raganya, dan paham benar bagaimana mengakrapi motivasi, inspirasi, dan imajinasi, ibarat sedang berjalan boleh saja tersandung dan sesekali terjatuh. Tetapi, mereka akan segera bangkit dengan semangat dan kesegaran baru. Oleh karenanya, tak sedikit pengusaha yang mencapai kesuksesannya tidak secara mulus, melainkan melalui tahapan jatuh-bangun.

Ibarat orang bepergian, kita mesti punya tujuan yang jelas dan jalan mana paling efektif untuk mencapainya. Saat merasa tersesat, kita harus segera menemukan kembali jalur yang benar. Begitulah cara untuk kembali bangkit. Bukan tergesa-gesa membaca mantra yag salah seperti ini, ”Telanjur salah, sekalian aja!” [bn]